Kisah Ukasyah Sahabat Nabi Muhammad SAW
Kisah Ukasyah Sahabat Nabi Muhammad SAW |
Kisah Ukasyah Sahabat Nabi Muhammad SAW - Rasulullah SAW menjelang hari-hari wafatnya, beliau meminta untuk dipapah kepada Ali bin Abi Tholib untuk pergi ke masjid.
Rasulullah SAW meminta kepada Bilal bin Rabah untuk mengumandangkan adzan. Dan rasul pun bersama seluruh sahabat melaksanakan shalat di masjid. Usai shalat Rasulullah naik ke atas mimbar. Para sahabat dan umat nabi Muhammad SAW memperhatikan dan mendengarkan dengan penuh kerinduan yang memuncak, moment itu sudah lama tidak terjadi karena tubuh sang nabi lemah tak berdaya.
Dari atas mimbar Rasulullah memuji Allah kemudian menyampaikan khotbah yang membuat hati bergetar dan air mata berderai keras. “Wahai manusia. Nabi model apa aku ini bagi kalian?”
Para sahabat terkejut mendengar apa yang disampaikan oleh sang nabi, merekapun menjawab, “Semoga Allah memberikan balasan kebaikan sebab kenabianmu. Engkau bagi kami bagaikan ayah yang penyayang, saudara yang bijak dan baik hati. Engkau telah menyampaikan risalah Allah dan engkau telah mengajak ke jalan Tuhanmu dengan cara yang bijak dan dengan tutur kata yang santun. Semoga Allah memberikan balasan kebaikan yang lebih besar dari balasan yang diterima oleh nabi lainnya.”
Nabi berkata, “Wahai kaum Muslim. Demi Allah dan demi hakku atas kalian. Barang siapa yang pernah aku zalimi tanpa sepengetahuanku, berdirilah dan balaslah kezalimanku itu.” Tidak seorang pun berdiri. Rasulullah lantas mengulangi ucapannya itu, dan tidak seorang pun yang berdiri. Rasulullah mengulangi kata-kata itu untuk ketiga kalinya, “Wahai kaum Muslim. Demi Allah dan demi hakku atas kalian. Barang siapa yang pernah aku zalimi tanpa sepengetahuanku, berdirilah dan balaslah kezalimanku itu, sebelum aku dibalas pada hari kiamat nanti.”
Tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri. Laki-laki itu melangkah melewati barisan jama’ah hingga sampai di hadapan Rasulullah. Laki-laki itu bernama Ukasyah bin Mihshan. Kemudian Ukasyah berkata, “Demi ayah dan ibuku. Andai engkau tidak mengucapkan kalimat itu sampai tiga kali, pasti aku tidak akan maju. Dulu, aku pernah bersamamu dalam satu perang, yaitu perang uhud. Untaku dan untumu berjalan sejajar. Aku turun dari unta dan mendekatimu. Namun, tiba-tiba engkau mengangkat cambuk dan cambuk itu mengenai badanku. Aku tidak tahu, apakah engkau sengaja atau engkau ingin mencambuk unta.”
Rasulullah langsung berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari perbuatan mencambukmu dengan sengaja. Wahai Bilal. Pergilah engkau ke rumah Fatimah, dan ambilkan cambuk yang tergantung disana.” Bilal langsung berangkat menuju rumah Fatimah. Tangan Bilal menepuk kepala sambil teriak histeris, “Luar biasa. Ini Utusan Allah meminta dirinya untuk diqisas (dibalas)!”
Sampai di rumah Fatimah, Bilal mengetuk pintu dan berkata, “Wahai Putri Rasulullah, ambilkan cambuk yang tergantung itu. Serahkan kepadaku.” Fatimah bertanya, “Wahai Bilal. Apa yang akan dilakukan ayahku dengan cambuk ini?.”
Bilal menjawab, “Wahai Fatimah. Kamu pasti tahu akhlak ayahmu. Beliau menitipkan satu agama. Beliau akan meninggalkan dunia ini. Dan, beliau memberikan kesempatan pada siapa pun untuk membalas (qisas) kesalahannya.”
Fatimah lantas berkata, “Wahai Bilal. Siapa orang yang tega menuntut balas (qisas) dari Rasulullah?! Katakanlah kepada Hasan dan Husein, agar keduanya saja yang menerima pembalasan itu, sebagai pengganti Rasulullah. Minta orang itu membalas (melakukan qisas) kepada Hasan dan Husein, dan jangan membalas kepada Rasulullah.” Bilal kembali ke masjid dan meyerahkan cambuk itu kepada Rasulullah. Rasulullah SAW lantas menyerahkan cambuk itu kepada Ukasyah. Abu Bakar dan Umar segera berdiri dan berkata kepada Ukasyah, “Balaslah kepada kami berdua. Kami ada di hadapanmu. Jangan engkau balas kepada Rasulullah, Wahai Ukasyah.”
Rasulullah berkata kepada Abu Bakar dan Umar, “Diamlah kalian berdua, wahai Abu Bakar dan Umar. Allah tahu ketinggian derajat kalian berdua.” Ali pun berdiri dan berkata, “Wahai Ukasyah. Sepanjang hidupku, aku selalu bersama Rasulullah. Sungguh aku tidak tega melihat Rasulullah dicambuk. Ini badanku. Balaslah. Cambuklah aku seratus kali. Jangan kau balas Rasulullah.”
Rasulullah berkata, “Wahai Ali. Duduklah. Allah tahu derajatmu dan niat baikmu.” Selanjutnya Hasan dan Husein juga berdiri dan berkata, “Wahai Ukasyah. Kami adalah darah daging Rasulullah, kami adalah cucu Rasulullah. Balas kepada kami saja jangan Rasulullah?” Rasulullah menjawab, “Duduklah, cucuku. Allah tidak akan melupakan kemuliaan kalian.”
Rasulullah kemudian berkata kepada Ukasyah, “Wahai Ukasyah. Silahkan. Cambuklah aku.” “Wahai Rasulullah. Ketika engkau memecut badanku, badanku dalam keadaan terbuka,tidak ada sehelai baju yang melindungi.” kata Ukasyah. Rasulullah SAW langsung menyingkap pakaian hingga perutnya terbuka. Jamaah semakin histeris melihat pemandangan itu. Mereka menangis tidak tega.
Mereka menegur Ukasyah, “Apakah engkau betul-betul akan memecut Rasulullah, wahai Ukasyah?!..” Ukasyah tidak menghiraukan ucapan para sahabat. Dia melihat badan Rasulullah, dan dia tak kuasa menahan diri, ukasyah langsung mendekat dan memeluk tubuh Rasulullah SAW dan menciumi badannya. “Demi ayah dan ibuku, siapa orang yang tega melakukan pembalasan kepadamu, wahai Rasulullah,” ujar Ukasyah sambil menangis bahagia.
Rasulullah berkata, “Lastas katakanlah, kau ingin membalas atau memaafkan aku?” Ukasyah, “Sungguh aku telah memaafkanmu karena aku berharap mendapatkan ampunan dari Allah pada hari Kiamat, wahai Rasulullah.”
Rasulullah berkata, “Siapa yang ingin melihat temanku di surga nanti, lihatlah kakek ini.” Kaum Muslim langsung berdiri mengerubungi Ukasyah dan menciumi keningnya. Mereka berkata kepada Ukasyah, “Alangkah beruntungnya kamu. Alangkah beruntungnya kamu. Kamu akan mendapatkan derajat yang sangat tinggi, berdampingan dengan Rasulullah di surga.“ Setelah peristiwa tersebut, Rasulullah jatuh sakit selama delapan belas hari. Tepat pada hari Senin, Rasulullah wafat, meninggalkan dunia yang fana ini.
Semoga tetesan air mata ini membuktikan kecintaan kita kepada kekasih Allah SWT ...
Allahumma sholli 'alaa Muhammad. Allahumma sholli 'alayhi wassalam.
Semoga kita dapat mengambil hikmahnya, aamiin ya robbal alamin ...