Khalid Bin Walid [Berperang Dengan Passion]
![]() |
Khalid Bin Walid [Berperang Dengan Passion] |
Khalid Bin Walid [Berperang Dengan Passion] - Islam pada fitrahnya adalah agama yang menjunjung tinggi kedamaian. Bahkan dalam kaitannya dengan hubungan internasional sebagaimana yang dikemukakan oleh M. Iqbal dalam bukunya “Fiqih Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Islam”, Islam mengutamakan perdamaian, menghormati duta atau diplomat, dan menghormati perjanjian yang telah disepakati. Namun di dalam buku yang sama juga diterangkan bahwa dalam keadaan tertentu peperangan boleh dilakukan dengan syarat, yaitu berperang ketika keadaan terdesak, berperang saat agama Islam sudah terancam, dan berperang dengan tindakan defensif.
Ibnu Khaldun sebagai seorang ahli sosiologi historis dalam “Muqaddimah”-nya menyatakan bahwa sejarah perang dan segala bentuk pertengkaran ialah seumur dengan dunia. Dengan kata lain, perang sudah terjadi semenjak Tuhan menciptakan dunia.
Hal ini sejalan dengan pendapat kaum realis yang mempercayai bahwa sifat dasar manusia akan menyebabkan situasi yang konfliktual. Bisa disimpulkan bahwa mendesak atau tidaknya sebuah alasan untuk mendorong peperangan, hasrat ingin berperang memang selalu ada di dalam jiwa setiap manusia.
Dalam sejarah peperangan Islam, ada satu nama yang selalu menjadi sorotan masyarakat baik dulu hingga sekarang. Nama itu adalah Khalid bin Walid. Jika ditelisik lebih dalam, keunggulan Khalid ra adalah kemampuan briliannya dalam hal mengatur strategi perang. Itulah yang menyebabkan ia seringkali dipercaya oleh Rasulullah saw untuk menjadi pemimpin perang.
Beberapa strategi perang Khalid ra yang berbuah kemenangan untuk Islam, yaitu di antaranya adalah strategi yang ia laksanakan pada perang Yarmuk dan perang Mut’ah. Dalam perang Yarmuk, Khalid ra membagi pasukan muslim menjadi 40 kontingen sehingga menimbulkan efek gelombang dan membuat jumlah pasukan muslim terlihat lebih banyak daripada jumlah aslinya. Strategi ini biasa disebut juga dengan strategi kamuflase pasukan. Hal itu memberikan dampak psikologis yang menakutkan bagi lawan.
Kemudian dalam perang Mu’tah, Khalid ra sengaja membuat insiden-insiden kecil untuk mengulur waktu perang sampai petang. Karena menurut kesepakatan dunia, perang tidak boleh dilakukan di waktu malam. Sehingga waktu pasukan Islam untuk mengatur strategi menjadi lebih panjang. Khalid ra juga menyusun ulang pasukan perang. Pasukan yang tadinya porak poranda, di tangan Khalid ra menjadi kembali kompak. Khalid ra pun menghidupkan kembali kevakuman komando yang sebelumnya dialami oleh pasukan Islam.
Itulah beberapa strategi Khalid ra yang bisa dijadikan landasan berperang tidak hanya pada zaman dahulu, mungkin juga di zaman sekarang. Apalagi sekarang teknologi sudah lebih maju ketimbang dulu. Tentunya kemajuan teknologi tersebut diharapkan dapat membantu kita dalam penyusunan strategi perang. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari Khalid bin Walid, sang pedang Allah yang terhunus ke bumi, seorang ahli strategi yang berperang dengan passion.
Daftar Pustaka :
- M. Iqbal, Fiqih Siyasah: Kontekstualisasi Doktrin Islam, Gaya Media Pratama, 2001.
- Afzalur Rahman, Muhammad as Military Leader, Bumi Aksara, 1991.
- Muhammad Abu Ayyasy, Strategi Perang Rasulullah, Qultum Media, 2009.
Sumber Artikel : https://putrisati.blogspot.com/2016/04/strategi-perang-khalid-bin-walid.html